PERKEMBANGAN MOTORIK
Kemampuan
Gerak
Perubahan – perubahan
dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan –
perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Perbedaan –
perbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin
semakin meningkat, anak laki – laki menunjukkan terus mengalami peningkatan,
sedangkan anak perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan
menurun seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh.
Menurut Espenchade ( 1960 ), anak perempuan mencapai hasil maksimal dalam lari
pada usia 13 tahun, dan menunjukkan sedikit perubahan dalam melempar dan
melompat sesudah umur tersebut.
Selanjutnya penelitian
lain oleh Vincent ( 1968 ) menyatakan bahwa anak perempuan mencapai skor
terbaik dalam ketepatan melempar, memantulkan bola ke tembok, dan melempar
jarak jauh pada umur 15,3 tahun. Untuk lari dan lompat tinggi penampilan
terbaik pada umur 14,4 tahun, sedangkan mahasiswa putrid yang sehat dan segar
mencapai skor tertinggi dalam lompat samping dan lompat tali pada umur 18,4
tahun. Semua itu merupakan beberapa peningkatan penampilan wanita yang terjadi
setelah masa pubertas. Penampilan fisik sesudah pubertas lebih banyak
dipengaruhi oleh lingkungan budayannya.
Umumnya penampilan
gerak anak perempuan dalam keterampilan dasar cenderung menurun sebelum
mencapai kematangan biologis, kira – kira 3 tahun sebelum kematangan skeletal.
Sebaliknya anak laki – laki terus mengalami peningkatan penampilan geraknya
dengan bertambahnya kematangan skeletal.
Kecepatan matang secara
biologis laki – laki adanya hubungan dengan penampilan gerak. Umumnya laki –
laki masa puber meningkat secara terus – menerus dan teratur dalam lari dan
melompat, tetapi sedikit terlambat dalam lemparan. Hal ini berhubungan dengan
serangkaian pertumbuhan fisik, seperti tungkai memanjang, pinggul yang melebar
sebelum pengembangan bagian pundak.
Dalam lompat jauh tanpa
awalan, menggantung dengan lengan ditekuk, dan baring duduk ( sit-ups ) dengan lutut ditekuk anak laki
– laki 10 sampai 16 tahun menunjukkan peningkatan yang berbeda. Peningkatan
penampilan tertinggi untuk lompat jauh tanpa awalan terjadi antara umur 14
dengan 15 tahun dan umur 11 sampai 12 tahun untuk lengan menggantung dan sit-ups. Peningkatan maksimum lompat
jauh tanap awalan dan menggantung bertepatan dengan puncak percepatan
pertumbuhan tinggi badan, sedangkan peningkatan pada sit-ups 1 (satu) tahun sebelum puncak percepatan pertumbuhan tinggi
badan. Peningkatan yang lebih cepat pada anggota badan sehingga secara mekanika
memberikan keuntungan dalam melakukan sit-ups karena togok relative lebih
pendek.
Pertumbuhan yang cepat
pada laki – laki memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan
dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama
masa adolesensi.
Koordinasi
dan Keseimbangan
Peningkatan koordinasi
pada anak laki – laki terus berlangsung sejalan dengan bertambahnya umur
kronologis, sedangkan anak perempuan sudah tidak berkembang lagi sesudah umur
14 tahun. Kelincahan anak laki – laki lebih unggul dibandingkan anak perempuan.
Kelincahan memerlukan kecepatan mengubah arah dari badan atau anggota badan,
seperti melompat secara penuh kemudian memutar posisi dan gerakan – gerakan
sulit yang lain.
Kelincahan wanita
dewasa kurang baik dibandingkan dengan wanita yang masih muda atau anak – anak,
tetapi dalam gerakan akrobatik yang memerlukan control dan keseimbangan statis,
wanita dewasa lebih dapat menjaga posisinya. Terjadinya penurunan kelincahan
sesudah umur 14 tahun, hanya sedikit perubahan terjadi penurunan pada control,
kelentukan, dan keseimbangan bagi perempuan. Pertambahan berat badan anak
perempuan pada masa puber berpengaruh negative dalam penampilan geraknya.
Koordinasi gerak anak
laki – laki pada awal pubertas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi
setelah itu perkembangannya makin cepat. Berbagai hasil penelitian mengenai
keseimbangan dinamis selama masa adolesensi menunjukkan adanya penurunan untuk
kedua jenis kelamin. Pengukuran keseimbangan yang dilakukan dengan berjalan di
atas balok keseimbangan, menunjukkan bahwa keadaan yang stabil (plateau) dialami oleh permpuan pada umur
12 sampai 14 tahun dan pada ank laki – laki umur 14 – 16 tahun. Perkembangan
keseimbangan dinamis anak laki – laki menunjukkan bahwa sebelum umur 13 dan
sesudah umur 15 tahun menunjukkan perkembangan yang lebih besar dibandingkan
masa usia antara 13 – 15 tahun.
Pada hubungan yang
besar antara keseimbangan dinamik dengan beberapa penilaian kemampuan fisik
anak laki – laki usia sekolah menengah pertama (SMP). Perubahan pesat ang
terjadi pada masa adolesensi, seperti ukuran fisik, kekuatan, dan proporsi
tubuh berpengaruh terhadap pengaturan fungsi syaraf gerak, yang berakibat
menurunya beberapa kemampuan gerak termasuk keseimbangan. Proses penyesuaian
integrasi fungsi syaraf gerak memerlukan waktu cukup lama. Hal ini berpengaruh
merugikan terhadap perkembangan koordinasi gerak.
Peningkatan
Penampilan Gerak
Masa sebelum adolesensi
dan adolesensi merupakan saat peningkatan penampilan gerak, seperti lari cepat,
lari jarak jauh, lompat tinggi dan sebagainya. Peningkatan secara kuantitatif
ini merupakan bagian yang dihasilkan oleh pertumbuhan yang berlangsung terus,
terutama pertumbuhan yang cepat di masa adolesensi, yang menghasilkan
peningkatan kekuatan dan daya tahan. Demikian pula sumbangan diri unsure
koordinasi tidak diragukan lagi dalam menunjang peningkatan keterampilan.
Selanjutnya akan
dibahas peningkatan secara kuantitatif dalam penampilan gerak pada masa
praadolesensi sampai adolesensi, sebagai berikut :
1. Lari
( Running )
Pengukuran
kuantitatif untuk kemampuan lari umumnya dilakukan dengan mengukur kecepatan,
lari jarak pendek ( 30 yard ) dan kelincahan lari. Kelincahan lari merupakan
frekuensi yang dicapai seseorang dalam mengubah arah. Menurut Espenchade
(1960), kecepatan lari meningkat untuk laki – laki dan perempuan kira – kira 4
yard/detik pada umur 4 tahun dan 6 yard/detik pada umur 12 tahun. Selanjutnya laki – laki terus meningkat kira
– kira 7 yard/detik pada umur 17 tahun, tetapi perempuan menunjukkan penurunan
pada umur tersebut.
Penelitian
lain oleh Branta dan kawan – kawannya (1984) menyatakan bahwa kecenderungan
laki – laki memiliki kecepatan lebih tinggi diandingkan dengan perempuan.
Selanjutnya dilaporkan bahwa kecepatan 6,7 yard/detik dicapai pada umur 14
tahun oleh perempuan yang memperoleh kesempatan berlatih, mengikuti petunjuk
dan berusaha secara sungguh – sungguh dalam mengikuti kegiatan latihan.
Hasil
tes kelincahan lari dengan jarak 120 feet balak – balik (shuttle run) menunjukkan peningkatan yang ajeg untuk laki – laki
umur 5 sampai 18 tahun, dengan waktu kira – kira 13 sampai 16 detik pada umur 5
tahun dan peningkatan kira – kira 10 detik pada pertengahan adolesensi.
Demikian pula untuk anak perempuan mempunyai kecenderungan yang sama dengan
anak laki – laki yang mengalami peningkatan kecepatan pada pertengahan masa
adolesensi, kira – kira 11 detik. Rata – rata penampilan lari cepat dan
kelincahan lari meningkat selama masa praadolesensi dan adolesensi untuk keuda
jenis kelamin.
2.
Lompat
( Jumping )
Penggunaan
tes lompat umumnya ke arah depan atau ke atas. Penelitian yang dilakukan oleh
Espenchade (1960) menunjukkan bahwa peningkatan jarak lompatan ke depan untuk
laki – laki dan perempuan kira – kira 33 inci pada umur 5 (lima) tahun dan pada
umur 10 sampai 11 tahun mencapai 60 inci. Sesudah itu laki – laki terus
meningkat kira – kira 90 inci pada umur 17 tahun, sedangkan perempuan mengalami
kestabilan dengan jarak kira – kira 64 inci pada umur yang sama.
Kecenderungan
peningkatan lompatan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan
Branta dan kawan – kawan (1984). Dalam pengukuran loncat tegak (vertical jump), peningkatan lompatan
kira – kira dua inci pada umur 5 tahun
menjadi 17 inci pada umur 17 tahun untuk laki – laki, dan kira – kira 12 inci
pada umur 16 tahun perempuan.
3.
Lempar
(Throwing)
Jarak
lemparan sering digunakan untuk mengukur penampilan lempar, meskipun kecepatan
dan ketepatan juga ikut dinilai. Penampilan lempar berbeda dari penampilan lari
dan lompat, demikian pula perbedaan yang terjadi antara laki – laki dengan
perempuan yang terjadi sejak usia muda. Penelitian dari Espenchade (1960)
menemukan peningkatan lemparan dari kira – kira 24 feet pada umur lima tahun
sampai 153 feet pada umur 17 tahun. Sebaliknya yang dialami anak perempuan
sangat kontras dalam penampilan lempar, hanya kira – kira 14,5 feet pada umur
lima tahun, kemudian meningkat menjadi 75,7 feet pada umur 15 tahun,
selanjutnya bahkan menurun menjadi 74,0 pada umur 16 tahun.
Untuk
kedua jenis kelamin peningkatan penampilan lempar nampak nyata dari masa kanak
– kanak menuju adolesensi. Tidak terjadinya peningkatan penampilan lempar pada
perempuan lebih awal dibandingkan anak laki – laki.
Roberton
dan kawan – dawan melaporkan hasil penelitiannya (1979) tentang kecepatan
lemparan anak laki – laki yang meningkat 5,45 feet/sekon setiap tahun sejak
taman kanak – kanak. Peningkatan rata – rata 3,88 feet. Kecenderungan perbedaan
peningkatan kecepatan lempar antar kedua jenis kelamin adalah besar, sedangkan
untuk jarak lemparan masih mendekati sejajar.
4.
Keterampilan
Dasar
Sebagian
besar penelitian menyatakan bahwa usia untuk belajar gerak yang paling tepat
adalah masa sebelum adolesensi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nash (1960)
yang menyatakan bahwa 85% keterampilan dasar dan minat terhadap keterampilan
gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun atau sebelumnya. Masa kanak – kanak
merupakan waktu untuk belajar keterampilan dasar, sedangkan masa adolesensi
adalah waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta
mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak.
Keterampilan
gerak pada masa adolesensi sangat dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada
masa anak – anak, dan oleh faktor latihan. Oleh karena itu, kecenderungan
keterampilan gerak setiap individu pada masa adolesensi semakin bervariasi. Ada
yang keterampilannya dapat berkembang dengan baik dan ada yang perkembangannya
tidak baik.
5.
Kesegaran
Jasmani
Penurunan kesegaran
jasmani anak perempuan masa adolesensi ada kemungkinan bukan karena kurangnya
motivasi untuk memperoleh skor yang baik dalam tes kesegaran jasmani, meskipun
sebenarnya mereka mampu melakukan. Sedikit sekali perempuan yang melakukan
dengan usaha yang sungguh – sungguh untuk tes lari 600 yard atau dalam tes kekuatan
sebagai unsure dalam tes kesegaran jasmani.
Seperti yang terlihat
pada Gambar 1, penampilan kesegaran jasmani anak laki – laki meningkat secara
teratur sesuai bertambahnya umur sampai kira – kira 12
tahun. Setelah umur tersebut
penampilan meningkat secara cepat, sebaliknya penampilan perempuan setalh umur
12 tahun makin menurun.
Masa adolesensi
merupakan saat yang baik untuk pengembangan kesegaran jasmani. Pengembangan
yang terjadi merupakan hasil perubahan – perubahan dalam peningkatan luasnya
otot dan ukuran badan baik untuk laki – laki maupun perempuan.
Faktor latihan fisik
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani. Latihan peningkatan daya
tahan cardiovascular lebih baik
dimulai sejak awal, dan peningkatan pada masa adolesensi lebih tinggi
dibandingkan masa dewasa atau dapat dikatakan bahwa cardiovascular berkembang
lebih cepat dengan melakukan latihan di masa adolesensi. Beberapa hasil
penelitian oleh Cooper dan kawan – kawan (1975) menyatakan, bahwa dalam program
latihan aerobic menghasilkan peningkatan cardiovascular
17,6% sampai dengan 20% untuk anak – anak normal yang sedang berkembang dan
mengalami pertumbuhan cepat masa adolesensi.
MINAT
MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK ADOLESENSI
Masa
adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk mengikuti berbagai macam kegiatan
olahraga. Mereka memiliki perhatian, kemauan dan motivasi untuk meningkatkan
penampilan yang pernah dicapai di masa kanak-kanak. Dalam beberapa cabang
olahraga prestasi, penampilan puncak dapat dicapai pada masa adolesensi melalui
latihan yang dimulai sedini mungkin atau sejak masa kanak-kanak.
Jenis
keterampilan yang dapat dikuasai oleh anak laki-laki juga berbeda dengan anak
perempuan.Dalam berbagai keterampilan yang memerlukan kekuatan, anak laki-laki
merupakan kelompok yang beruntung dibandingkan anak perempuan. Sebaliknya untuk
keterampilan yang memerlukan ketepatan, anak perempuan lebih unggul dari anak
laki-laki. Kadang-kadang cabang olahraga yang digemari berbeda dengan kenyataan
yang dialami. Seseorang cenderung menyenangi cabang-cabang olahraga yang sudah
sejak masa kanak-kanak dilakukan dan disenangi, meskipun tidak menutup
kemungkinan mereka masih dapat melekukan cabang-cabang olahraga lain dengan
baik. Dengan demekian bila masa adolesensi diberi kesempatan maksimal untuk
berlatih keterampilan, maka akan berprestasi di masa dewasa nanti.
Peningkatan
kuantitatif dalam penampilan keterampilan bersamaan dengan peningkatan
kualitatif dan pertumbuhan dalam ukuran maupun kekuatan. Keterampilan secara
kuantitatif dan kualitatif, keduanya dapat dinilai, dan penilaian kuantitatif
dapat digunakan untuk membandingkan penampilan seseoramg dengan orang lain atau
penampilan diri sendiri sebelumnya.
Apabila
seorang remaja pernah memilikitingkat penampilan keterampilan yang baik dari
hasil latihan, mereka akan dapat memelihara atau bahkan meningkatkan lagi di
masa dewasnya. Aktivitas fisik atau olahraga sangat diperlukan oleh adolesensi
untuk memacu pertumbuhan dan perkembanganya, disamping untuk memberikan
kemungikanan mencapai prestasi yang baik di bidang olahraga. Agar aktivitas
fisik dapat memberikan manfaat yang besar untuk pertumuhan dan perkembangan
adolensi, ada beberapaa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut.
Perkembangan Fisiologis
Latihan
yang dilakukan sejak masa kanak-kanak akan memberi peningkatan dalam
pengambilan Oksigen maksimum (VO2max). Peningkatan yang nyata dapat dicapai
setelah melakukan latihan secara terarur dengan frekuensi latihan 3 atau 4 kali
setiap minggu selama 4 sampai 6 bulan.
Bila
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terlatih, maka anak-anak yang
berlatih olahraga secara teratur dan terus- menerus, terutama olahraga yang
meningkatkan transpor oksigen akan memeiliki peningkatan VO2 max 10% sampai 20%
lebih besar. Olahraga yang dapat meningkatkan kapasitas transpor oksigen,
antara lain lari, renang, bersepeda, bulutangkis, sepak bola dan sejenisnya. Adaptasi sistem
peredaran darah adolesensi sangat efektif, karena pada masa ini sangat
ditentukan perkembangan sistem peredaran darah dan pernapasan. Kegiatan
olahraga dapat menurunkan jumlah denyut jantung pada kegiatan fisik
submaksimal. Denyut jantung maksimal sebenarnya tidak jatuh berbeda antara anak
terlatih dengan yang tidak atau kuramg berlatih. Volume pemompaan jantung, mereka yang terlatih memiliki volume yang
leih besar dibanding yang tidak berlatih.
Latihan
olahraga mempnyaj hubungan dengan peningkatan volume jantung dan paru-paru,
jumlah hemoglobin, volume darah, dan ambilan oksigen maksimum, Selain itu juga
ada hubungan antara kegiatan olahraga dengan pertumbuhan organisme. Oleh karena
itu agar prestasi yang baik dapat dicapai di kemudian hari, latihan harus
dimulai pada saat organisme dalam pertumbuhan.
Latihan
beban bagi adolensi mulai dapat anak-anak harus dilakukan dengan hati-hati.
Beban yang terlalu berat dapat menghambat kecepatan pertumbuhan skelektal dan
jaringan pengikat.
Pertimbangan Medis
Latihan fisik
yang teratur sangat bermanfaat bagi adolesensi. Akan tetapi bila latihan
dilakukan dengan intensitas tinggi, waktu yang terlalu kama. Pembentukan yang
berlebihan, dan frekuensi latihan yang tidak
teratur dapat merugikan organisme yang sedang tumbuh.
Prinsip latihan
yang penting bagi adolensi adalah memberikan rangsangan semua sistem organ
tubuh denagan melakukan latihan terhadap berbagai fungsi, seperti aerobik dan
anaerobik, kekuatan dan power, daya
tahan otot dan cardiovascular, dan
berbagai macam bentuk gerakan. Latihan terhadap berbagai fungsi tersebut harus
berimbang sesuai dengan kebutuhan. Latihan yang menyebelah pada satu fungsi
saja adalah tidak sesuai untuk peningkatan kondisi tubuh yang diharapkan.
Bila latihan
melampaui batas kemampuanya,
anak-anak akan kehilangan minatnya untuk melanjutkan atau meningkatkan latihan.
Pada usia adolesensi, penambahan beban latihan yang selalu meningkat (over loading ) dapat dilakukan. Beberapa progam latihan yang
menyebelah dapat merusak organ tubuh tertentu. Latihan kekuatan dengan
beben yang dilakukan dengan kontraksi isometriks dapat berpengaruh negatif
terhadap perkembangan skelektal, sistem jaringan pengikat, dan
persendian-persendian menjadi lemah.
Hal ini dapat
terjadi karena ligamen kapsular menjadi lemah sebagai akibat gerakan – gerakan
menahan beban yang kemungkinan memberikan rentangan sendi secara maksimal. Meloncat – loncat di
tempat yang keras dapat mengganggu ruas tulang belakang. Kondisi seperti ini
dapat terjadi pada cabang olahraga, separti bola voli dan basket. Sakit
punggung bagian bawah disebabkan terjadinya degenerasi diskus karena terlalu
banyak melakukan gerakan membungkukkan badan, seperti pada hockey atau balap
sepeda.
Program latihan
sebelum usia 10 tahun sebaiknya diarahkan pada peningkatan koordinasi
neuromaskular, kemudian sedikit demi sedikit meningkat pada kemampian aerobik
dan anaerobik. Pada
usia antara 12 sampai 14 tahun dapat ditingkatkan secara bertahap menuju
latihan ketahanan. Sedangkan latihan kekuatan harus disesuaikan dengan
pertumbuhan dan taraf kematamgan sistem skelektal.
Cedera otot,
sendi dan jaringan pengikat pada saat berolahraga yang ringan sekalipun, harus
disembuhkan secara tuntas. Cedera pada masa anak-anak dan adolesensi dapat
menyebabkan terjadinya trauma, dan harus segera disembuhkan agar tidak
berlanjut sampai usia dewasa.
Anak-anak yang
mengidap panyakit kronis dan gangguan perkembangan sistem skelektal dapat
mengikuti kegiatan olahraga, tetapi hanya terbatas pada olahraga rekreasi,
sedangkan olahraga prestasi hanya untuk anak-anak sehat yang memeiliki kondisi
fisik yang baik.
Banyak orang
menyatakan bahwa risiko
terjadinya cedera kegiatan olahraga dialami oleh anak-anak, tetapi hanya
sedikit terjadi pada masa tersebut bila dibandingkan dengan masa adolesensi.
Ada hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadinya cedera olahraga paling hebat
dan paling sering antara umur 15 sampai 18 tahun dibandingkan dengan berbagai
usia lainnya. Hal ini terjadi karena banyaknya atlet adolesensi yang melakukan
kegiatan olahraga dengan intensitas tinggi, sedangkan mereka beulm memiliki kematangan
untuk pertandingan – pertandingan tingkat tinggi.
Dalam perkumpulan
olahraga pelatih perlu memahami mengenai cedera olahraga. Hasil penelitian mencatat
bahwa regu – regu olahraga yang memiliki pelatih olahraga yang berpengalaman
atau pelatih (coach) berpengalaman dalam cabang
olahraga tertentu, maka atlet – atletnya akan sedikit sekali mengalami cedera
dibandingkan dengan kelompok yang
diasuh oleh pelatih yang kurang
berpengalaman.
Cedera dalam
olahraga sering terjadi karena saling bertubrukan dalam olahraga beregu,
seperti sepak bola, baskat, hockey, atau dalam olahraga bela diri seperti
pencak silat, karate dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko
terjadi cedera selama masa adolesensi, maka mereka harus dipersiapkan dengan
kondisi yang baik, kepemimpinan, peralatan, dan perawatan kesehatan yang
memadai.
Aktivitas
Fisik yang Diperlukan
Adoesensi
merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan untuk menyempurnakan
gerakan, dan memperhalus keterampilan berbagai macam olahraga secara luas.
Setiap orang dapat belajar untuk menilai kemampuannya dan memilih bentuk
latihan, olahraga, dan kegiatan fisik lainnya yang berguna sepanjang hidupnya.
Mereka yang kurang memiliki keterampilan
harus belajar menilai kemampuannyasecara realistik/nyata dan belajar menetapkan
tujuannya dengan nyata. Hal ini akan memberikan kesenangan seseorang terhadap
kegiatan yang dilakukannya dan akan mengurangi kegagalan – kegagalan yang
terjadi dalam kegiatan olahraga.
Bagi anak yang
berbakat, masa adolesensi merupakan usia untuk pengembangan tingkat tinggi
terhadap ketengkasan dalan olahraga. Untuk laki-laki maupun perempuan merupakan
saat yang baik untuk mencapai prestasi olahraga. Adolesensi merupakan saat
pengembangan berbagi biang, seperti intelektual, sosisl, dan emosional tanpa
mengabaikan pengembangan gerak.
Prinsip yang
paling penting dalam pengembangan gerak manusia adalah prinsip kontinuitas.
Meskipun pertumbuhan yang cepat terjadi pada masa awal dalam kehidupan manusia,
kita tidak boleh hanya menekankan pengembangan gerak pada anak-anak saja.
Pengembangan harus berlangsung terus sepanjang umur sebagai proses yang
berkesinambungan yang dimulai sejak anak dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena
itu kita harus banyak mempelajari pengembangan gerak untuk bayi dan anak-anak,
demikian pula untuk masa adolesensi dan dewasa.
Usaha
pengembangan penamoilan harus dimulai sedini mungkin, pada usia muda. Ada pedoman, kapan sustau
cabang olahraga dapat mulai dilatih agar diperoleh hasil penampilan yang
memadai di masa adolesensi dan dewasa atau bahkan beberapa cabang terrentu,
sepsrti renang, senam, dan tenis meja dapat berprestasi di masa anak-anak.
Sebagai contoh tenis meja dapat dimulai pada usia 8 tahun dan senam pada unur 9
tahun. Umur10 tahun dapat dimulai latihan dalam cabang olahraga, seperti
renang, sepak bola, tenis, hockey, bola voli, bola tangan, kano dan ski. Cabang
olahraga polo air dan gulat baru dapat dimulai umur 12 tahun, sedangkan bola basket
pada umur 13 tahun. Selanjutnya untuk cabang olahraga angkat berat dan balap
sepeda dimulai umur 14 tahun, sedangkan untuk tinju pada umur 17 tahun.
Masa adolesensi
membutuhkan aktivitas yang dapat meningkatkan pengalaman dalam berbagai
kegiatan, terutama yang sesuai untuk usia dewasa. Bentuk kegiatan yang
digemari, meliputi olahraga beregu, kegiatan yang nenguju keterampilan tingkat
tinggi, permainan perorangan maupun ganda dan pengembangan program latihan.
Pada masa adolesensi juga memerlukan kegiiatan-kegiatan yang sifatnya ritmik
dan berhubungan dengan hubungan sosial. Kegaiatan yang dilakukan secara
terpisah antara kedua jenis kelamin terutama pada aktivitas yang mwmwrlukan
kontak tubuh, seperti sepak bola, hockey dan sebagainya. Kegiatan terpisah tersebut
juga dilakukan untuk aktivitas yang melibatkan kekuatan tinggi, seperti angkat berat dan
pembentukan tubuh atau binaraga.
Secara
keseluruhan ciri-ciri adolesensi adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan
karateristik seks sekunder dan kematangan biologis berhubungan dengan
bertambahnya hormon sekresi, estrogen untuk wanita dan endrogen untuk pria.
2. Mengalami
pertumbuhan cepat yang ditandai dengan bertambahnya tinggi dan bert badan.
3. Ada
perbedaan irama
pertumbuhan antara bagian-bagian tubuh dan antara kedua jenis kelamin. Pada pria terjadi
pelebaran pundak sedangkan pada wanita terjadi pelearan panggul. Srdangkan
secara proposional tangan dan kaki pria lebih panjang.
4. Terjadi
perubahan sistem fisiologis dan penigkatan kesanggupan melakukan aktivitas fisik
yang lebih besar bagi pria dibandingkan wanita.
5. Perbedaan
komposisi jaringan tubuh, separti nampak bahwa pria lebih berotot sedangkan
wanita cenderung banyak lemak, sehingga pria lebih kuat dan cepat.
6. Pada
massa pertumbuhan cepat ini dapat terjadi penghentian peningkatan (plateau) untuk keseimbangan,ketahanan,
dan koordinasi mata-tangan.
7. Kemampuan
memusatkan perhatiaan lebih lama,berminat besar terhadap ketangkasan dan
kompetisi, mulai tertatik lawan jenis dan bertambahnya kematangan sosial.
Sumber : Perkembangan Dan
Belajar Motorik, Dari Sugiyanto, tahun 2003, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka