Minggu, 04 November 2012

Perkembangan Gerak Adolesensi





PERKEMBANGAN MOTORIK
PERKEMBANGAN GERAK ADOLESENSI

Kemampuan Gerak
Perubahan – perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan – perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Perbedaan – perbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak laki – laki menunjukkan terus mengalami peningkatan, sedangkan anak perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh. Menurut Espenchade ( 1960 ), anak perempuan mencapai hasil maksimal dalam lari pada usia 13 tahun, dan menunjukkan sedikit perubahan dalam melempar dan melompat sesudah umur tersebut.
Selanjutnya penelitian lain oleh Vincent ( 1968 ) menyatakan bahwa anak perempuan mencapai skor terbaik dalam ketepatan melempar, memantulkan bola ke tembok, dan melempar jarak jauh pada umur 15,3 tahun. Untuk lari dan lompat tinggi penampilan terbaik pada umur 14,4 tahun, sedangkan mahasiswa putrid yang sehat dan segar mencapai skor tertinggi dalam lompat samping dan lompat tali pada umur 18,4 tahun. Semua itu merupakan beberapa peningkatan penampilan wanita yang terjadi setelah masa pubertas. Penampilan fisik sesudah pubertas lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan budayannya.
Umumnya penampilan gerak anak perempuan dalam keterampilan dasar cenderung menurun sebelum mencapai kematangan biologis, kira – kira 3 tahun sebelum kematangan skeletal. Sebaliknya anak laki – laki terus mengalami peningkatan penampilan geraknya dengan bertambahnya kematangan skeletal.
Kecepatan matang secara biologis laki – laki adanya hubungan dengan penampilan gerak. Umumnya laki – laki masa puber meningkat secara terus – menerus dan teratur dalam lari dan melompat, tetapi sedikit terlambat dalam lemparan. Hal ini berhubungan dengan serangkaian pertumbuhan fisik, seperti tungkai memanjang, pinggul yang melebar sebelum pengembangan bagian pundak.
Dalam lompat jauh tanpa awalan, menggantung dengan lengan ditekuk, dan baring duduk ( sit-ups ) dengan lutut ditekuk anak laki – laki 10 sampai 16 tahun menunjukkan peningkatan yang berbeda. Peningkatan penampilan tertinggi untuk lompat jauh tanpa awalan terjadi antara umur 14 dengan 15 tahun dan umur 11 sampai 12 tahun untuk lengan menggantung dan sit-ups. Peningkatan maksimum lompat jauh tanap awalan dan menggantung bertepatan dengan puncak percepatan pertumbuhan tinggi badan, sedangkan peningkatan pada sit-ups 1 (satu) tahun sebelum puncak percepatan pertumbuhan tinggi badan. Peningkatan yang lebih cepat pada anggota badan sehingga secara mekanika memberikan keuntungan dalam melakukan sit-ups karena togok relative lebih pendek.
Pertumbuhan yang cepat pada laki – laki memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa adolesensi.

Koordinasi dan Keseimbangan
Peningkatan koordinasi pada anak laki – laki terus berlangsung sejalan dengan bertambahnya umur kronologis, sedangkan anak perempuan sudah tidak berkembang lagi sesudah umur 14 tahun. Kelincahan anak laki – laki lebih unggul dibandingkan anak perempuan. Kelincahan memerlukan kecepatan mengubah arah dari badan atau anggota badan, seperti melompat secara penuh kemudian memutar posisi dan gerakan – gerakan sulit yang lain.
Kelincahan wanita dewasa kurang baik dibandingkan dengan wanita yang masih muda atau anak – anak, tetapi dalam gerakan akrobatik yang memerlukan control dan keseimbangan statis, wanita dewasa lebih dapat menjaga posisinya. Terjadinya penurunan kelincahan sesudah umur 14 tahun, hanya sedikit perubahan terjadi penurunan pada control, kelentukan, dan keseimbangan bagi perempuan. Pertambahan berat badan anak perempuan pada masa puber berpengaruh negative dalam penampilan geraknya.
Koordinasi gerak anak laki – laki pada awal pubertas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi setelah itu perkembangannya makin cepat. Berbagai hasil penelitian mengenai keseimbangan dinamis selama masa adolesensi menunjukkan adanya penurunan untuk kedua jenis kelamin. Pengukuran keseimbangan yang dilakukan dengan berjalan di atas balok keseimbangan, menunjukkan bahwa keadaan yang stabil (plateau) dialami oleh permpuan pada umur 12 sampai 14 tahun dan pada ank laki – laki umur 14 – 16 tahun. Perkembangan keseimbangan dinamis anak laki – laki menunjukkan bahwa sebelum umur 13 dan sesudah umur 15 tahun menunjukkan perkembangan yang lebih besar dibandingkan masa usia antara 13 – 15 tahun.
Pada hubungan yang besar antara keseimbangan dinamik dengan beberapa penilaian kemampuan fisik anak laki – laki usia sekolah menengah pertama (SMP). Perubahan pesat ang terjadi pada masa adolesensi, seperti ukuran fisik, kekuatan, dan proporsi tubuh berpengaruh terhadap pengaturan fungsi syaraf gerak, yang berakibat menurunya beberapa kemampuan gerak termasuk keseimbangan. Proses penyesuaian integrasi fungsi syaraf gerak memerlukan waktu cukup lama. Hal ini berpengaruh merugikan terhadap perkembangan koordinasi gerak.

Peningkatan Penampilan Gerak
Masa sebelum adolesensi dan adolesensi merupakan saat peningkatan penampilan gerak, seperti lari cepat, lari jarak jauh, lompat tinggi dan sebagainya. Peningkatan secara kuantitatif ini merupakan bagian yang dihasilkan oleh pertumbuhan yang berlangsung terus, terutama pertumbuhan yang cepat di masa adolesensi, yang menghasilkan peningkatan kekuatan dan daya tahan. Demikian pula sumbangan diri unsure koordinasi tidak diragukan lagi dalam menunjang peningkatan keterampilan.
Selanjutnya akan dibahas peningkatan secara kuantitatif dalam penampilan gerak pada masa praadolesensi sampai adolesensi, sebagai berikut :

1.      Lari ( Running )
Pengukuran kuantitatif untuk kemampuan lari umumnya dilakukan dengan mengukur kecepatan, lari jarak pendek ( 30 yard ) dan kelincahan lari. Kelincahan lari merupakan frekuensi yang dicapai seseorang dalam mengubah arah. Menurut Espenchade (1960), kecepatan lari meningkat untuk laki – laki dan perempuan kira – kira 4 yard/detik pada umur 4 tahun dan 6 yard/detik pada umur 12 tahun.  Selanjutnya laki – laki terus meningkat kira – kira 7 yard/detik pada umur 17 tahun, tetapi perempuan menunjukkan penurunan pada umur tersebut.
Penelitian lain oleh Branta dan kawan – kawannya (1984) menyatakan bahwa kecenderungan laki – laki memiliki kecepatan lebih tinggi diandingkan dengan perempuan. Selanjutnya dilaporkan bahwa kecepatan 6,7 yard/detik dicapai pada umur 14 tahun oleh perempuan yang memperoleh kesempatan berlatih, mengikuti petunjuk dan berusaha secara sungguh – sungguh dalam mengikuti kegiatan latihan.
Hasil tes kelincahan lari dengan jarak 120 feet balak – balik (shuttle run) menunjukkan peningkatan yang ajeg untuk laki – laki umur 5 sampai 18 tahun, dengan waktu kira – kira 13 sampai 16 detik pada umur 5 tahun dan peningkatan kira – kira 10 detik pada pertengahan adolesensi. Demikian pula untuk anak perempuan mempunyai kecenderungan yang sama dengan anak laki – laki yang mengalami peningkatan kecepatan pada pertengahan masa adolesensi, kira – kira 11 detik. Rata – rata penampilan lari cepat dan kelincahan lari meningkat selama masa praadolesensi dan adolesensi untuk keuda jenis kelamin.



2.      Lompat ( Jumping )
Penggunaan tes lompat umumnya ke arah depan atau ke atas. Penelitian yang dilakukan oleh Espenchade (1960) menunjukkan bahwa peningkatan jarak lompatan ke depan untuk laki – laki dan perempuan kira – kira 33 inci pada umur 5 (lima) tahun dan pada umur 10 sampai 11 tahun mencapai 60 inci. Sesudah itu laki – laki terus meningkat kira – kira 90 inci pada umur 17 tahun, sedangkan perempuan mengalami kestabilan dengan jarak kira – kira 64 inci pada umur yang sama.
Kecenderungan peningkatan lompatan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Branta dan kawan – kawan (1984). Dalam pengukuran loncat tegak (vertical jump), peningkatan lompatan kira – kira  dua inci pada umur 5 tahun menjadi 17 inci pada umur 17 tahun untuk laki – laki, dan kira – kira 12 inci pada umur 16 tahun perempuan.

3.      Lempar (Throwing)
Jarak lemparan sering digunakan untuk mengukur penampilan lempar, meskipun kecepatan dan ketepatan juga ikut dinilai. Penampilan lempar berbeda dari penampilan lari dan lompat, demikian pula perbedaan yang terjadi antara laki – laki dengan perempuan yang terjadi sejak usia muda. Penelitian dari Espenchade (1960) menemukan peningkatan lemparan dari kira – kira 24 feet pada umur lima tahun sampai 153 feet pada umur 17 tahun. Sebaliknya yang dialami anak perempuan sangat kontras dalam penampilan lempar, hanya kira – kira 14,5 feet pada umur lima tahun, kemudian meningkat menjadi 75,7 feet pada umur 15 tahun, selanjutnya bahkan menurun menjadi 74,0 pada umur 16 tahun.
Untuk kedua jenis kelamin peningkatan penampilan lempar nampak nyata dari masa kanak – kanak menuju adolesensi. Tidak terjadinya peningkatan penampilan lempar pada perempuan lebih awal dibandingkan anak laki – laki.
Roberton dan kawan – dawan melaporkan hasil penelitiannya (1979) tentang kecepatan lemparan anak laki – laki yang meningkat 5,45 feet/sekon setiap tahun sejak taman kanak – kanak. Peningkatan rata – rata 3,88 feet. Kecenderungan perbedaan peningkatan kecepatan lempar antar kedua jenis kelamin adalah besar, sedangkan untuk jarak lemparan masih mendekati sejajar.

4.      Keterampilan Dasar
Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa usia untuk belajar gerak yang paling tepat adalah masa sebelum adolesensi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nash (1960) yang menyatakan bahwa 85% keterampilan dasar dan minat terhadap keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun atau sebelumnya. Masa kanak – kanak merupakan waktu untuk belajar keterampilan dasar, sedangkan masa adolesensi adalah waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak.
Keterampilan gerak pada masa adolesensi sangat dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada masa anak – anak, dan oleh faktor latihan. Oleh karena itu, kecenderungan keterampilan gerak setiap individu pada masa adolesensi semakin bervariasi. Ada yang keterampilannya dapat berkembang dengan baik dan ada yang perkembangannya tidak baik.

5.      Kesegaran Jasmani
Penurunan kesegaran jasmani anak perempuan masa adolesensi ada kemungkinan bukan karena kurangnya motivasi untuk memperoleh skor yang baik dalam tes kesegaran jasmani, meskipun sebenarnya mereka mampu melakukan. Sedikit sekali perempuan yang melakukan dengan usaha yang sungguh – sungguh untuk tes lari 600 yard atau dalam tes kekuatan sebagai unsure dalam tes kesegaran jasmani.
Seperti yang terlihat pada Gambar 1, penampilan kesegaran jasmani anak laki – laki meningkat secara teratur sesuai bertambahnya umur sampai kira – kira 12
tahun. Setelah umur tersebut penampilan meningkat secara cepat, sebaliknya penampilan perempuan setalh umur 12 tahun makin menurun.
Masa adolesensi merupakan saat yang baik untuk pengembangan kesegaran jasmani. Pengembangan yang terjadi merupakan hasil perubahan – perubahan dalam peningkatan luasnya otot dan ukuran badan baik untuk laki – laki maupun perempuan.
Faktor latihan fisik sangat berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani. Latihan peningkatan daya tahan cardiovascular lebih baik dimulai sejak awal, dan peningkatan pada masa adolesensi lebih tinggi dibandingkan masa dewasa atau dapat dikatakan bahwa cardiovascular berkembang lebih cepat dengan melakukan latihan di masa adolesensi. Beberapa hasil penelitian oleh Cooper dan kawan – kawan (1975) menyatakan, bahwa dalam program latihan aerobic menghasilkan peningkatan cardiovascular 17,6% sampai dengan 20% untuk anak – anak normal yang sedang berkembang dan mengalami pertumbuhan cepat masa adolesensi.


MINAT MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK ADOLESENSI

Masa adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga. Mereka memiliki perhatian, kemauan dan motivasi untuk meningkatkan penampilan yang pernah dicapai di masa kanak-kanak. Dalam beberapa cabang olahraga prestasi, penampilan puncak dapat dicapai pada masa adolesensi melalui latihan yang dimulai sedini mungkin atau sejak masa kanak-kanak.
Jenis keterampilan yang dapat dikuasai oleh anak laki-laki juga berbeda dengan anak perempuan.Dalam berbagai keterampilan yang memerlukan kekuatan, anak laki-laki merupakan kelompok yang beruntung dibandingkan anak perempuan. Sebaliknya untuk keterampilan yang memerlukan ketepatan, anak perempuan lebih unggul dari anak laki-laki. Kadang-kadang cabang olahraga yang digemari berbeda dengan kenyataan yang dialami. Seseorang cenderung menyenangi cabang-cabang olahraga yang sudah sejak masa kanak-kanak dilakukan dan disenangi, meskipun tidak menutup kemungkinan mereka masih dapat melekukan cabang-cabang olahraga lain dengan baik. Dengan demekian bila masa adolesensi diberi kesempatan maksimal untuk berlatih keterampilan, maka akan berprestasi di masa dewasa nanti.
Peningkatan kuantitatif dalam penampilan keterampilan bersamaan dengan peningkatan kualitatif dan pertumbuhan dalam ukuran maupun kekuatan. Keterampilan secara kuantitatif dan kualitatif, keduanya dapat dinilai, dan penilaian kuantitatif dapat digunakan untuk membandingkan penampilan seseoramg dengan orang lain atau penampilan diri sendiri sebelumnya.
Apabila seorang remaja pernah memilikitingkat penampilan keterampilan yang baik dari hasil latihan, mereka akan dapat memelihara atau bahkan meningkatkan lagi di masa dewasnya. Aktivitas fisik atau olahraga sangat diperlukan oleh adolesensi untuk memacu pertumbuhan dan perkembanganya, disamping untuk memberikan kemungikanan mencapai prestasi yang baik di bidang olahraga. Agar aktivitas fisik dapat memberikan manfaat yang besar untuk pertumuhan dan perkembangan adolensi, ada beberapaa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut.

Perkembangan Fisiologis
Latihan yang dilakukan sejak masa kanak-kanak akan memberi peningkatan dalam pengambilan Oksigen maksimum (VO2max). Peningkatan yang nyata dapat dicapai setelah melakukan latihan secara terarur dengan frekuensi latihan 3 atau 4 kali setiap minggu selama 4 sampai 6 bulan.
Bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terlatih, maka anak-anak yang berlatih olahraga secara teratur dan terus- menerus, terutama olahraga yang meningkatkan transpor oksigen akan memeiliki peningkatan VO2 max 10% sampai 20% lebih besar. Olahraga yang dapat meningkatkan kapasitas transpor oksigen, antara lain lari, renang, bersepeda, bulutangkis, sepak bola dan sejenisnya. Adaptasi sistem peredaran darah adolesensi sangat efektif, karena pada masa ini sangat ditentukan perkembangan sistem peredaran darah dan pernapasan. Kegiatan olahraga dapat menurunkan jumlah denyut jantung pada kegiatan fisik submaksimal. Denyut jantung maksimal sebenarnya tidak jatuh berbeda antara anak terlatih dengan yang tidak atau kuramg berlatih. Volume pemompaan jantung, mereka yang terlatih memiliki volume yang leih besar dibanding yang tidak berlatih.
Latihan olahraga mempnyaj hubungan dengan peningkatan volume jantung dan paru-paru, jumlah hemoglobin, volume darah, dan ambilan oksigen maksimum, Selain itu juga ada hubungan antara kegiatan olahraga dengan pertumbuhan organisme. Oleh karena itu agar prestasi yang baik dapat dicapai di kemudian hari, latihan harus dimulai pada saat organisme dalam pertumbuhan.
Latihan beban bagi adolensi mulai dapat anak-anak harus dilakukan dengan hati-hati. Beban yang terlalu berat dapat menghambat kecepatan pertumbuhan skelektal dan jaringan pengikat.

Pertimbangan Medis
Latihan fisik yang teratur sangat bermanfaat bagi adolesensi. Akan tetapi bila latihan dilakukan dengan intensitas tinggi, waktu yang terlalu kama. Pembentukan yang berlebihan, dan frekuensi latihan yang tidak  teratur dapat merugikan organisme yang sedang tumbuh.
Prinsip latihan yang penting bagi adolensi adalah memberikan rangsangan semua sistem organ tubuh denagan melakukan latihan terhadap berbagai fungsi, seperti aerobik dan anaerobik, kekuatan dan power, daya tahan otot dan cardiovascular, dan berbagai macam bentuk gerakan. Latihan terhadap berbagai fungsi tersebut harus berimbang sesuai dengan kebutuhan. Latihan yang menyebelah pada satu fungsi saja adalah tidak sesuai untuk peningkatan kondisi tubuh yang diharapkan.
Bila latihan melampaui batas kemampuanya, anak-anak akan kehilangan minatnya untuk melanjutkan atau meningkatkan latihan. Pada usia adolesensi, penambahan beban latihan yang selalu meningkat (over loading ) dapat dilakukan. Beberapa progam latihan yang menyebelah dapat merusak organ tubuh tertentu. Latihan kekuatan dengan beben yang dilakukan dengan kontraksi isometriks dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan skelektal, sistem jaringan pengikat, dan persendian-persendian menjadi lemah.
Hal ini dapat terjadi karena ligamen kapsular menjadi lemah sebagai akibat gerakan – gerakan menahan beban yang kemungkinan memberikan rentangan sendi secara maksimal. Meloncat – loncat di tempat yang keras dapat mengganggu ruas tulang belakang. Kondisi seperti ini dapat terjadi pada cabang olahraga, separti bola voli dan basket. Sakit punggung bagian bawah disebabkan terjadinya degenerasi diskus karena terlalu banyak melakukan gerakan membungkukkan badan, seperti pada hockey atau balap sepeda.
Program latihan sebelum usia 10 tahun sebaiknya diarahkan pada peningkatan koordinasi neuromaskular, kemudian sedikit demi sedikit meningkat pada kemampian aerobik dan anaerobik. Pada usia antara 12 sampai 14 tahun dapat ditingkatkan secara bertahap menuju latihan ketahanan. Sedangkan latihan kekuatan harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan taraf kematamgan sistem skelektal.
Cedera otot, sendi dan jaringan pengikat pada saat berolahraga yang ringan sekalipun, harus disembuhkan secara tuntas. Cedera pada masa anak-anak dan adolesensi dapat menyebabkan terjadinya trauma, dan harus segera disembuhkan agar tidak berlanjut sampai usia dewasa.
Anak-anak yang mengidap panyakit kronis dan gangguan perkembangan sistem skelektal dapat mengikuti kegiatan olahraga, tetapi hanya terbatas pada olahraga rekreasi, sedangkan olahraga prestasi hanya untuk anak-anak sehat yang memeiliki kondisi fisik yang baik.
Banyak orang menyatakan bahwa risiko terjadinya cedera kegiatan olahraga dialami oleh anak-anak, tetapi hanya sedikit terjadi pada masa tersebut bila dibandingkan dengan masa adolesensi. Ada hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadinya cedera olahraga paling hebat dan paling sering antara umur 15 sampai 18 tahun dibandingkan dengan berbagai usia lainnya. Hal ini terjadi karena banyaknya atlet adolesensi yang melakukan kegiatan olahraga dengan intensitas tinggi, sedangkan mereka beulm memiliki kematangan untuk pertandingan – pertandingan tingkat tinggi.
Dalam perkumpulan olahraga pelatih perlu memahami mengenai cedera olahraga. Hasil penelitian mencatat bahwa regu – regu olahraga yang memiliki pelatih olahraga yang berpengalaman atau pelatih  (coach) berpengalaman dalam cabang olahraga tertentu, maka atlet – atletnya akan sedikit sekali mengalami cedera dibandingkan dengan kelompok yang diasuh oleh pelatih yang kurang berpengalaman.
Cedera dalam olahraga sering terjadi karena saling bertubrukan dalam olahraga beregu, seperti sepak bola, baskat, hockey, atau dalam olahraga bela diri seperti pencak silat, karate dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko terjadi cedera selama masa adolesensi, maka mereka harus dipersiapkan dengan kondisi yang baik, kepemimpinan, peralatan, dan perawatan kesehatan yang memadai.

Aktivitas Fisik yang Diperlukan
Adoesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus keterampilan berbagai macam olahraga secara luas. Setiap orang dapat belajar untuk menilai kemampuannya dan memilih bentuk latihan, olahraga, dan kegiatan fisik lainnya yang berguna sepanjang hidupnya. Mereka yang kurang memiliki keterampilan harus belajar menilai kemampuannyasecara realistik/nyata dan belajar menetapkan tujuannya dengan nyata. Hal ini akan memberikan kesenangan seseorang terhadap kegiatan yang dilakukannya dan akan mengurangi kegagalan – kegagalan yang terjadi dalam kegiatan olahraga.
Bagi anak yang berbakat, masa adolesensi merupakan usia untuk pengembangan tingkat tinggi terhadap ketengkasan dalan olahraga. Untuk laki-laki maupun perempuan merupakan saat yang baik untuk mencapai prestasi olahraga. Adolesensi merupakan saat pengembangan berbagi biang, seperti intelektual, sosisl, dan emosional tanpa mengabaikan pengembangan gerak.
Prinsip yang paling penting dalam pengembangan gerak manusia adalah prinsip kontinuitas. Meskipun pertumbuhan yang cepat terjadi pada masa awal dalam kehidupan manusia, kita tidak boleh hanya menekankan pengembangan gerak pada anak-anak saja. Pengembangan harus berlangsung terus sepanjang umur sebagai proses yang berkesinambungan yang dimulai sejak anak dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena itu kita harus banyak mempelajari pengembangan gerak untuk bayi dan anak-anak, demikian pula untuk masa adolesensi dan dewasa.
Usaha pengembangan penamoilan harus dimulai sedini mungkin, pada usia muda. Ada pedoman, kapan sustau cabang olahraga dapat mulai dilatih agar diperoleh hasil penampilan yang memadai di masa adolesensi dan dewasa atau bahkan beberapa cabang terrentu, sepsrti renang, senam, dan tenis meja dapat berprestasi di masa anak-anak. Sebagai contoh tenis meja dapat dimulai pada usia 8 tahun dan senam pada unur 9 tahun. Umur10 tahun dapat dimulai latihan dalam cabang olahraga, seperti renang, sepak bola, tenis, hockey, bola voli, bola tangan, kano dan ski. Cabang olahraga polo air dan gulat baru dapat dimulai umur 12 tahun, sedangkan bola basket pada umur 13 tahun. Selanjutnya untuk cabang olahraga angkat berat dan balap sepeda dimulai umur 14 tahun, sedangkan untuk tinju pada umur 17 tahun.

Masa adolesensi membutuhkan aktivitas yang dapat meningkatkan pengalaman dalam berbagai kegiatan, terutama yang sesuai untuk usia dewasa. Bentuk kegiatan yang digemari, meliputi olahraga beregu, kegiatan yang nenguju keterampilan tingkat tinggi, permainan perorangan maupun ganda dan pengembangan program latihan. Pada masa adolesensi juga memerlukan kegiiatan-kegiatan yang sifatnya ritmik dan berhubungan dengan hubungan sosial. Kegaiatan yang dilakukan secara terpisah antara kedua jenis kelamin terutama pada aktivitas yang mwmwrlukan kontak tubuh, seperti sepak bola, hockey dan sebagainya. Kegiatan terpisah tersebut juga dilakukan untuk aktivitas yang melibatkan kekuatan tinggi, seperti angkat berat dan pembentukan tubuh atau binaraga.

Secara keseluruhan ciri-ciri adolesensi adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan karateristik seks sekunder dan kematangan biologis berhubungan dengan bertambahnya hormon sekresi, estrogen untuk wanita dan endrogen untuk pria.
2.      Mengalami pertumbuhan cepat yang ditandai dengan bertambahnya tinggi dan bert badan.
3.      Ada perbedaan irama pertumbuhan antara bagian-bagian tubuh dan antara kedua jenis kelamin. Pada pria terjadi pelebaran pundak sedangkan pada wanita terjadi pelearan panggul. Srdangkan secara proposional tangan dan kaki pria lebih panjang.
4.      Terjadi perubahan sistem fisiologis dan penigkatan kesanggupan melakukan aktivitas fisik yang lebih besar bagi pria dibandingkan wanita.
5.      Perbedaan komposisi jaringan tubuh, separti nampak bahwa pria lebih berotot sedangkan wanita cenderung banyak lemak, sehingga pria lebih kuat dan cepat.
6.      Pada massa pertumbuhan cepat ini dapat terjadi penghentian peningkatan (plateau) untuk keseimbangan,ketahanan, dan koordinasi mata-tangan.
7.      Kemampuan memusatkan perhatiaan lebih lama,berminat besar terhadap ketangkasan dan kompetisi, mulai tertatik lawan jenis dan bertambahnya kematangan sosial.

 

Sumber : Perkembangan Dan Belajar Motorik, Dari Sugiyanto, tahun 2003, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka



BELAJAR GERAK



A.    Pengertian Belajar Gerak/ Motorik
Pengertian belajar motorik/gerak pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pengertian belajar secara umum. Berikut adalah beberapa penjelasan belajar motorik menurut para ahli :
1.      Schmidt ( 1991 ) menjelaskan bahwa pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan – perubahan yang relative permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan – gerakan yang terampil.
2.      Oxendine ( 1984 ) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah suatu proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
3.      Rahantoknam ( 1988 ) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah proses peningkatan suatu keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman, bukan karena kondisi maturasi atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis. Dari gambaran diatas diambil kesimpulan bahwa belajar gerak adalah suatu rangkaian proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen yang diperoleh dari hasil pengalaman dan latihan untuk menampilkan gerakan yang terampil dan benar.
B.     Unsur Belajar Gerak/ Motorik
Berdasarkan pengertian belajar motorik tersebut, maka diidentifikasi unsur – unsur dalam belajar motorik adalah sebagai berikut :
1.      Belajar motorik adalah suatu proses. Belajar motorik adalah proses internal yang terjadi pada siswa/ atlet, karena adanya faktor eksternal ( keadaan di luar diri siswa yang member pengaruh pada perkembangan motoriknya ) dan faktor internal ( karakteristik siswa : kecerdasan, tipe tubuh, kemampuan motorik, dll) itu sendiri. Berdasar teori belajar information processing ( Singer, 1980 ), belajar motorik terjadi karena adanya informasi yang masuk kemudian diolah dan diaktualisasikan dalam bentuk gerak. Seperti dalam Hipotesis Diagram Blok Sistem Sensori Manusia : Sene Organ persepsi penyimpanan jangka pendek pemindahan persepsi ke gerak pengendalian respon efektor
2.      Hasil dari belajar merupakan kemampuan merespon yang diaktualisasikan dalam bentuk gerakan. Hasil akhir yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai faktor – faktor internal dari suatu keterampilan dan dilakukan secara teratur serta tepat waktunya. Kualitasnya diukur dari kinerja saat melakukan gerakan dan hasil gerakannya ( responnya ).
3.      Kemampuan atau gerakan yang dihasilkan relatif permanen
Keterampilan motorik yang dikuasai dan dipelajari oleh siswa/ atlet dapat melekat pada diri dalam waktu yang relatif lama. Namun berdasarkan Theory Of Retention And Forgetting ( Singer, 1980; Schmidt, 1988 ) bahwa kemampuan manusia untuk mengingat sangat terbatas, makin lama makin berkurang bahkan bisa hilang atau lupa sama sekali.
4.      Keterampilan gerak sebagai akibat dari latihan dan pengalaman
Keterampilan motorik bukan karena pertumbuhan, perkembangan dan kematangan, tetapi hasil latihan. Seperti dijelaskan Rahantoknam ( 1988 ) di atas.
5.      Perubahan dapat kearah negatif maupun positif Atlet berlatih setiap hari pada hakikatnya ingin meningkatkan ketrampilan motorik yang teah dikuasai dan mempertahankan prestasi yang telah dicapai. Tetapi hasil belajar/ latihan tidak selalu mengarah pada peningkatan secara terus menerus, karena banyak faktor yang memperngaruhi peningkatan hasil latihan.
C.     Manfaat Belajar Gerak/ Motorik
Manfaat dari belajar motorik diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Agar siswa/ atlet dapat memperoleh kemampuan keterampilan kemudian berlatih untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
2.       Memberikan perubahan yang permanen di dalam perilaku untuk melakukan gerakan dengan benar sebagai hasil dari belajar motorik.
3.      Dapat memberikan umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan yang telah ada dari hasil latihan di dalam system saraf yang telah disimpan oleh memori untuk melakukan automatisasi gerak.
4.      Meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan secara baik dan benar dan automatisasi gerakan dari keterampilan gerak.
5.      Dapat mengambil keuntungan dari mekanika sistem musculoskeletal untuk mengoptimalkan serta efisiensi dari konsistensi pergerakan.